LP DIABETES
MELLITUS (DM)
Oleh : Ns.Brianz
A.
Pengertian
Diabetes
mellitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang mengakibatkan gangguan
metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan berkembang menjadi komplikasi
makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis. (Long)
Diabetes
mellitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan gangguan multi sistem
dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin
atau kerja insulin yang tidak adekuat. (Brunner dan Sudart)
Diabetes
mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor
lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik
hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol (WHO).
Diabetes
mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat peningkatan
kadar glukosa darah yang disebabkan oleh kekurangan insulin baik absolut maupun
relatif (Suyono, 2002).
B. Etiologi
Etiologi
dari diabetes mellitus tipe II sampai saat ini masih belum diketahui dengan
pasti dari studi-studi eksperimental dan klinis kita mengetahui bahwa diabetes
mellitus adalah merupakan suatu sindrom yang menyebabkan kelainan yang
berbeda-beda dengan lebih satu penyebab yang mendasarinya.
Menurut
banyak ahli beberapa faktor yang sering dianggap penyebab yaitu :
1.
Faktor genetik
Riwayat
keluarga dengan diabetes :
Pincus
dan White berpendapat perbandingan keluarga yang menderita diabetes mellitus
dengan kesehatan keluarga sehat, ternyata angka kesakitan keluarga yang
menderita diabetes mellitus mencapai 8, 33 % dan 5, 33 % bila dibandingkan
dengan keluarga sehat yang memperlihatkan angka hanya 1, 96 %.
2.
Faktor non genetik
a.
Infeksi
Virus
dianggap sebagai “trigger” pada mereka yang sudah mempunyai predisposisi
genetic terhadap diabetes mellitus.
b. Nutrisi
-
Obesitas
dianggap menyebabkan resistensi terhadap insulin.
-
Malnutrisi
protein
-
Alkohol,
dianggap menambah resiko terjadinya pankreatitis.
c.
Stres
Stres
berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar dan emosi biasanya menyebabkan
hyperglikemia sementara.
d.
Hormonal
Sindrom
cushing karena konsentrasi hidrokortison dalam darah tinggi, akromegali karena
jumlah somatotropin meninggi, feokromositoma karena konsentrasi glukagon dalam
darah tinggi, feokromositoma karena kadar katekolamin meningkat.
C. Klasifikasi
Berdasarkan klasifikasi dari WHO (1985)
dibagi beberapa type yaitu :
1.
Diabetes
mellitus type insulin, Insulin Dependen diabetes mellitus (IDDM) yang dahulu
dikenal dengan nama Juvenil Onset diabetes (JOD), klien tergantung pada
pemberian insulin untuk mencegah terjadinya ketoasidosis dan mempertahankan
hidup. Biasanya pada anak-anak atau usia muda dapat disebabkan karena
keturunan.
2.
Diabetes
mellitus type II, Non Insulin Dependen diabetes mellitus (NIDDM), yang dahulu
dikenal dengan nama Maturity Onset diabetes (MOD) terbagi dua yaitu :
a.
Non
obesitas
b.
Obesitas
Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta pankreas, tetapi
biasanya resistensi aksi insulin pada jaringan perifer.
Biasanya
terjadi pada orang tua (umur lebih 40 tahun) atau anak dengan obesitas.
3.
Diabetes
mellitus type lain
a.
Diabetes
oleh beberapa sebab seperti kelainan pankreas, kelainan hormonal, diabetes
karena obat/zat kimia, kelainan reseptor insulin, kelainan genetik dan
lain-lain.
b.
Obat-obat
yang dapat menyebabkan huperglikemia antara lain :
Furasemid,
thyasida diuretic glukortikoid, dilanting dan asam hidotinik
c.
Diabetes
Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa selama kehamilan, tidak
dikelompokkan kedalam NIDDM pada pertengahan kehamilan meningkat sekresi hormon
pertumbuhan dan hormon chorionik somatomamotropin (HCS). Hormon ini meningkat
untuk mensuplai asam amino dan glukosa ke fetus.
D. Patofisiologi
Sebagian
besar patologi diabetes mellitus dapat dikaitkan dengan satu dari tiga efek
utama kekurangan insulin sebagai berikut : (1) Pengurangan penggunaan glukosa
oleh sel-sel tubuh, dengan akibat peningkatan konsentrasi glukosa darah
setinggi 300 sampai 1200 mg/hari/100 ml. (2) Peningkatan mobilisasi lemak dari
daerah-daerah penyimpanan lemak, menyebabkan kelainan metabolisme lemak maupun
pengendapan lipid pada dinding vaskuler yang mengakibatkan aterosklerosis. (3)
Pengurangan protein dalam jaringan tubuh. Akan tetapi selain itu terjadi
beberapa masalah patofisiologi pada diabetes mellitus yang tidak mudah tampak
yaitu kehilangan ke dalam urine klien diabetes mellitus. Bila jumlah glukosa
yang masuk tubulus ginjal dan filtrasi glomerulus meningkat kira-kira diatas
225 mg.menit glukosa dalam jumlah bermakna mulai dibuang ke dalam urine. Jika
jumlah filtrasi glomerulus yang terbentuk tiap menit tetap, maka luapan glukosa
terjadi bila kadar glukosa meningkat melebihi 180 mg%. Asidosis pada diabetes,
pergeseran dari metabolisme karbohidrat ke metabolisme telah dibicarakan. Bila
tubuh menggantungkan hampir semua energinya pada lemak, kadar asam aseto –
asetat dan asam Bihidroksibutirat dalam cairan tubuh dapat meningkat dari 1
Meq/Liter sampai setinggi 10 Meq/Liter.
Dibawah ini merupakan bagan proses
perjalanan penyakit Diabetes Mellitus:
E.
Gambaran Klinik
Gejala yang lazim terjadi, pada diabetes
mellitus sebagai berikut :
Pada tahap awal sering ditemukan :
1.
Poliuri (banyak kencing)
Hal
ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya
serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula
banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing.
2.
Polidipsi (banyak minum)
Hal
ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena
poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.
3.
Polipagi (banyak makan)
Hal
ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi
(lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun
klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada sampai pada
pembuluh darah.
4.
Berat badan menurun, lemas,
lekas lelah, tenaga kurang.
Hal
ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh
berusaha mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan
protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan
memecah cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di jaringan
otot dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun banyak makan akan tetap kurus
5.
Mata kabur
Hal
ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang
disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol
dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.
F.
Diagnosis
Diagnosis
diabetes mellitus umumnya dipikirkan dengan adanya gejala khas diabetes
mellitus berupa poliuria, polidipsi, poliphagia, lemas dan berat badan menurun.
Jika keluhan dan gejala khas ditemukan dan pemeriksaan glukosa darah sewaktu
yang lebih 216 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosa.
G. Penatalaksanaan
Tujuan
utama penatalaksanaan klien dengan diabetes mellitus adalah untuk mengatur
glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi acut dan kronik. Jika klien
berhasil mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar dari
hyperglikemia atau hypoglikemia. Penatalaksanaan diabetes tergantung pada
ketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik, diet dan intervensi
farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin. Pada penderita
dengan diabetes mellitus harus rantang gula dan makanan yang manis untuk selamanya.
Tiga hal penting yang harus diperhatikan pada penderita diabetes mellitus
adalah tiga J (jumlah, jadwal dan jenis makanan) yaitu :
JI :
jumlah kalori sesuai dengan resep dokter harus dihabiskan.
J2 :
jadwal makanan harus diikuti sesuai dengan jam makan terdaftar.
J3 :
jenis makanan harus diperhatikan (pantangan gula dan makanan manis).
Diet
pada penderitae diabetes mellitus dapat dibagi atas beberapa bagian antara
lain:
1.
Diet
A : terdiri dari makanan yang mengandung karbohidrat 50 %, lemak 30 %, protein
20 %.
2.
Diet
B : terdiri dari karbohidrat 68 %, lemak 20 %, protein 12 %.
3.
Diet
B1 : terdiri dari karbohidrat 60 %, lemak 20 %, protein 20 %.
4.
Diet
B1 dan B2 diberikan untuk nefropati diabetik dengan gangguan faal ginjal.
Ø Indikasi diet A :
Diberikan
pada semua penderita diabetes mellitus pada umumnya.
Ø Indikasi diet B :
Diberikan
pada penderita diabetes terutama yang :
a.
Kurang
tahan lapan dengan dietnya.
b.
Mempunyai
hyperkolestonemia.
c.
Mempunyai
penyulit mikroangiopati misalnya pernah mengalami cerobrovaskuler acident (cva)
penyakit jantung koroner.
d.
Mempunyai
penyulit mikroangiopati misalnya terdapat retinopati diabetik tetapi belum ada
nefropati yang nyata.
e.
Telah
menderita diabetes dari 15 tahun
Ø Indikasi diet B1
Diberikan
pada penderita diabetes yang memerlukan diet protein tinggi, yaitu penderita
diabetes terutama yang :
a.
Mampu
atau kebiasaan makan tinggi protein tetapi normalip idemia.
b.
Kurus
(underweight) dengan relatif body weight kurang dari 90 %.
c.
Masih
muda perlu pertumbuhan.
d.
Mengalami
patah tulang.
e.
Hamil
dan menyusui.
f.
Menderita
hepatitis kronis atau sirosis hepatitis.
g.
Menderita
tuberkulosis paru.
h.
Menderita
penyakit graves (morbus basedou).
i.
Menderita
selulitis.
j.
Dalam
keadaan pasca bedah.
Indikasi
tersebut di atas selama tidak ada kontra indikasi penggunaan protein kadar
tinggi.
Ø Indikasi B2 dan B3
Diet
B2
Diberikan
pada penderita nefropati dengan gagal ginjal kronik yang klirens kreatininnya
masih lebar dari 25 ml/mt.
Sifat-sifat
diet B2
a. Tinggi kalori (lebih dari 2000
kalori/hari tetapi mengandung protein kurang.
b. Komposisi sama dengan diet B, (68 %
hidrat arang, 12 % protein dan 20 % lemak) hanya saja diet B2 kaya asam amino
esensial.
c. Dalam praktek hanya terdapat diet B2
dengan diet 2100 – 2300 kalori / hari.
Karena bila tidak maka jumlah perhari akan berubah.
Diet
B3
Diberikan
pada penderita nefropati diabetik dengan gagal ginjal kronik yang klibers
kreatininnya kurang dari 25 MI/mt
Sifat-sifat
diet B3
a.
Tinggi
kalori (lebih dari 2000 kalori/hari).
b.
Rendah
protein tinggi asam amino esensial, jumlah protein 40 gram/hari.
c.
Karena
alasan No 2 maka hanya dapat disusun diet B3 2100 kalori dan 2300 / hari. (bila
tidak akan merubah jumlah protein).
d.
Tinggi
karbohidrat dan rendah lemak.
e.
Dipilih
lemak yang tidak jenuh.
Semua
penderita diabetes mellitus dianjurkan untuk latihan ringan yang dilaksanakan
secara teratur tiap hari pada saat setengah jam sesudah makan. Juga dianjurkan
untuk melakukan latihan ringan setiap hari, pagi dan sore hari dengan maksud
untuk menurunkan BB.
Ø Penyuluhan kesehatan.
Untuk
meningkatkan pemahaman maka dilakukan penyuluhan melalui perorangan antara
dokter dengan penderita yang datang. Selain itu juga dilakukan melalui
media-media cetak dan elektronik.
H. Komplikasi
1.
Akut
a. Hypoglikemia
b. Ketoasidosis
c. Diabetik
2.
Kronik
a. Makroangiopati, mengenai pembuluh darah
besar, pembuluh darah jantung pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak.
b. Mikroangiopati mengenai pembuluh darah
kecil retinopati diabetik, nefropati diabetic.
c. Neuropati diabetic.
ASUHAN
KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
Pengkajian
pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes mellitus dilakukan mulai
dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, riwayat kesehatan, keluhan
utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola
kegiatan sehari-hari.
Hal yang
perlu dikaji pada klien dengan diabetes mellitus :
1. Aktivitas
dan istirahat
Kelemahan,
susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur,
tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma.
2. Sirkulasi
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada
ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata
cekung.
3. Eliminasi
Poliuri, nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.
4. Nutrisi
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.
5. Neurosensori
Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot,
disorientasi, letargi, koma dan bingung.
6. Nyeri
Pembengkakan perut, meringis.
7. Respirasi
Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.
8. Keamanan
Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.
9. Seksualitas
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten
pada pria.
B.
Diagnosa keperawatan
Berdasarkan pengkajian data keperawatan
yang sering terjadi berdasarkan teori, maka diagnosa keperawatan yang mungkin
muncul pada klien diabetes mellitus yaitu :
1. Kekurangan volume cairan tubuh
berhubungan dengan diuresis osmotik.
2. Perubahan status nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan
oral.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan
hyperglikemia.
4. Resiko tinggi terhadap perubahan
persepsi sensori berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau
elektrolit.
5. Kelelahan berhubungan dengan penurunan
produksi energi metabolik.
6. Ketidakberdayaan berhubungan dengan
penyakit jangka panjang/progresif yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada
orang lain.
7. Kurang pengetahuan tentang penyakit,
prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya
pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi informasi.
C. Rencana
keperawatan
1.
Kekurangan
volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.
Tujuan
:
Mendemonstrasikan
hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba,
turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urine tepat secara individu,
dan kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi
:
a. Pantau tanda-tanda vital.
Rasional
: Hypovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.
b. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler,
turgor kulit, dan membran mukosa.
Rasional : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi
yang adekuat.
c. Pantau masukan dan keluaran, catat
berat jenis urine.
Rasional : Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal,
dan keefektifan dari terapi yang diberikan.
d. Timbang berat badan setiap hari.
Rasional
: Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang
berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti.
e. Berikan terapi cairan sesuai indikasi.
Rasional
: Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan
respons pasien secara individual.
2.
Perubahan
status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin,
penurunan masukan oral.
Tujuan
:
Mencerna
jumlah kalori/nutrien yang tepat. Menunjukkan tingkat energi biasanya
berat badan stabil atau bertambah.
Intervensi
:
a. Tentukan program diet dan pola makan
pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan oleh pasien.
Rasional
: Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik.
b. Timbang berat badan setiap hari atau
sesuai indikasi.
Rasional
: Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorbsi dan utilisasinya).
c. Identifikasi makanan yang
disukai/dikehendaki termasuk kebutuhan etnik/kultural.
Rasional : Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam perencanaan
makan, kerjasama ini dapat diupayakan setelah pulang.
d. Libatkan keluarga pasien pada perencanaan
makan sesuai indikasi.
Rasional
: Meningkatkan rasa keterlibatannya; memberikan informasi pada keluarga untuk
memahami nutrisi pasien.
e. Berikan pengobatan insulin secara
teratur sesuai indikasi.
Rasional
: Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat pula dapat
membantu memindahkan glukosa ke dalam sel.
3.
Resiko
infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.
Tujuan
:
Mengidentifikasi
intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi.
Mendemonstrasikan teknik, perubahan gaya hidup untuk mencegah terjadinya
infeksi.
Intervensi
:
a. Observasi tanda-tanda infeksi dan
peradangan.
Rasional
: Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan keadaan
ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi nosokomial.
b. Tingkatkan upaya untuk pencegahan
dengan melakukan cuci tangan yang baik pada semua orang yang berhubungan dengan
pasien termasuk pasiennya sendiri.
Rasional
: Mencegah timbulnya infeksi silang.
c. Pertahankan teknik aseptik pada
prosedur invasif.
Rasional
: Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi pertumbuhan
kuman.
d. Berikan perawatan kulit dengan teratur
dan sungguh-sungguh.
Rasional
: Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada peningkatan
resiko terjadinya kerusakan pada kulit/iritasi kulit dan infeksi.
e. Lakukan perubahan posisi, anjurkan
batuk efektif dan nafas dalam.
Rasional
: Membantu dalam memventilasi semua daerah paru dan memobilisasi sekret.
4.
Resiko
tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan ketidakseimbangan
glukosa/insulin dan atau elektrolit.
Tujuan
:
Mempertahankan
tingkat kesadaran/orientasi.
Mengenali
dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori.
Intervensi
:
a. Pantau tanda-tanda vital dan status
mental.
Rasional
: Sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal
b. Panggil pasien dengan nama, orientasikan
kembali sesuai dengan kebutuhannya.
Rasional : Menurunkan kebingungan dan membantu untuk mempertahankan kontak
dengan realitas.
c. Pelihara aktivitas rutin pasien
sekonsisten mungkin, dorong untuk melakukan kegiatan sehari-hari sesuai
kemampuannya.
Rasional
: Membantu memelihara pasien tetap berhubungan dengan realitas dan
mempertahankan orientasi pada lingkungannya.
d. Selidiki adanya keluhan parestesia,
nyeri atau kehilangan sensori pada paha/kaki.
Rasional : Neuropati perifer dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman yang berat,
kehilangan sensasi sentuhan/distorsi yang mempunyai resiko tinggi terhadap
kerusakan kulit dan gangguan keseimbangan.
5.
Kelelahan
berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.
Tujuan :
Mengungkapkan
peningkatan tingkat energi.
Menunjukkan
perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan.
Intervensi :
a. Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan
aktivitas.
Rasional
: Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat aktivitas
meskipun pasien mungkin sangat lemah.
b. Berikan aktivitas alternatif dengan
periode istirahat yang cukup.
Rasional
: Mencegah kelelahan yang berlebihan.
c. Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan
tekanan darah sebelum/sesudah melakukan aktivitas.
Rasional : Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara
fisiologis.
d. Tingkatkan partisipasi pasien dalam
melakukan aktivitas sehari-hari sesuai toleransi.
Rasional : Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai tingkat
aktivitas yang dapat ditoleransi.
6.
Ketidakberdayaan
berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang tidak dapat diobati,
ketergantungan pada orang lain.
Tujuan
:
Mengakui
perasaan putus asa
Mengidentifikasi
cara-cara sehat untuk menghadapi perasaan.
Membantu
dalam merencanakan perawatannya sendiri dan secara mandiri mengambil tanggung
jawab untuk aktivitas perawatan diri.
Intervensi
:
a. Anjurkan pasien/keluarga untuk
mengekspresikan perasaannya tentang perawatan di rumah sakit dan penyakitnya
secara keseluruhan.
Rasional
: Mengidentifikasi area perhatiannya dan memudahkan cara pemecahan masalah.
b. Tentukan tujuan/harapan dari pasien
atau keluarga.
Rasional
: Harapan yang tidak realistis atau adanya tekanan dari orang lain atau diri
sendiri dapat mengakibatkan perasaan frustasi.kehilangan kontrol diri dan
mungkin mengganggu kemampuan koping.
c. Berikan dukungan pada pasien untuk ikut
berperan serta dalam perawatan diri sendiri dan berikan umpan balik positif
sesuai dengan usaha yang dilakukannya.
Rasional : Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.
d. Berikan dukungan pada pasien untuk ikut
berperan serta dalam perawatan diri sendiri.
Rasional : Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.
7.
Kurang
pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan kurangnya pemajanan/mengingat, keselahan interpretasi informasi.
Tujuan :
Mengungkapkan
pemahaman tentang penyakit.
Mengidentifikasi
hubungan tanda/gejala dengan proses penyakit dan menghubungkan gejala dengan
faktor penyebab.
Dengan
benar melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional tindakan.
Intervensi :
a. Ciptakan lingkungan saling percaya
Rasional
: Menanggapai dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum pasien bersedia
mengambil bagian dalam proses belajar.
b. Diskusikan dengan klien tentang
penyakitnya.
Rasional
: Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pertimbangan dalam
memilih gaya hidup.
c. Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan
makanan tinggi serat.
Rasional
: Kesadaran tentang pentingnya kontrol diet akan membantu pasien dalam merencanakan
makan/mentaati program.
d. Diskusikan pentingnya untuk melakukan
evaluasi secara teratur dan jawab pertanyaan pasien/orang terdekat.
Rasional
: Membantu untuk mengontrol proses penyakit dengan lebih ketat.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito
(2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6, EGC,
Jakarta
Doenges
at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta
Price
& Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,
Ed.4, EGC, Jakarta
Soeparman
& Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, BP FKUI, Jakarta.